Text
Filsafat Eksistensialisme
Ilusi tentang kebebasan manusia hancur berantakan oleh berbagai malapetaka dalam sejarah umat manusia. Kemudian pemikiran-pemikiran filsuf terdahulu pun turut menghancurkan kebebasan manusia itu. Dalam analisis filsafat terdahulu, manusia dijadikan obyek pemikiran, bersifat impersonal dan abstrak. Seolah-olah si pemikir tidak memikirkan dirinya yang konkret.
Gerakan eksistensialisme muncul sebagai gerakan protes terhadap filsafat sebelumnya. Pendukung aliran ini menuduh filsafat tradisional bersifat dangkal dan bersifat akademik yang jauh dari kehidupan nyata. Filsafat eksistensialis memandang segala gejala berpangkal pada eksis- tensi. Dan titik sentralnya adalah manusia. Benda-benda di dunia tidak mempunyai arti jika tidak ada manusia. Manusia menyadari dirinya dan lingkungannya sedangkan benda-benda tidak.
Eksistensi manusia bukanlah obyek dari berpikir abstrak tetapi me- nyangkut pengalaman langsung yang bersifat pribadi. Pengalaman ini ber- beda-beda sudut pandangnya, misalnya Heidegger memberi penekanan pada kematian yang menyuramkan segalanya, Marcel pada keagamaan, sedangkan Jaspers pada pengalaman hidup seperti kematian, penderitaan dan perjuangan.
S02304 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain