Text
Nihilisasi Peran Negara Potret Perkawinan Samin
Regenerasi pada dasarnya fitrah kehidupan yang diawali dengan prosesi sakral yakni perkawinan. Kesakralan itu tidak hanya di saat menuju pelaminan tetapi pasca di pelaminan berupa terciptanya kehidupan sentosa pada diri, keluarga, dan dengan lingkungannya. Tetapi kesakralan esensial mengilhami dalam kehidupan pasca di pelaminan Yang disayangkan (sering) hanya sebatas menjadi bahan berbincangan, sebagai bukti catatan perceraian selalu muncul bahkan meningkat jumlahnya, di antaranya dipicu keraguan status, meski perkawinannya melalui proses 'negara yang kadangkala jlimet. Imbas kesakralan berikutnya adalah terciptanya generasi (baru) yang mampu meneruskan 'tahta' kehidupan. Tetapi kesakralan itu (kadang) diusik oleh berbagai peraturan yang kadangkala tidak sesuai pakem sebuah komunitas. Ketidaksesuaian tersebut oleh publik/pihak luas ditafsiri dengan 'tafsir' nya, sehingga muncul perbedaan yang berpeluang timbulnya gesekan yang tidak mendidik kehidupan karena merasa paling benar, yang lain salah. Pola pikir maju- kemajon dadi keblinger yang perlu diarifi bersama agar menjadi
generasi yang bijaksana, tidak 'bijaksini'. Apapun dalihnya, yang esensial perlu diutamakan yakni kedamaian hakiki, tidak hanya formal, sebagai modal hidup menuju alam kelanggengan. Didukung masing-masing diri memahami dan menyadari kebutuhan pihak lain, sehingga tercipta saling asah-asih-asuh atarsesama sebagai pelaku sifat humanis.
S02095 | 392.509 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain