Text
Kita Semua Pernah Hampir Menyerah
Mungkin, ada sebagian dari kita yang berkendara atas kehidupan yang akhirnya banyak menyertakan kesabaran dan kekuatan sebuah yakin: suatu saat bahagia itu ada. Iya, kita kadang terjebak pada situasi di mana cara berpikir yang jerníh ítu terbawa keruh karena situasi dan keinginan kita yang nyatanya gak bisa terpenuhi.
“Ah, gak ada pelangi nih di hidup gue. Ayah pergi, harta tak tersisa, kasih sayang sudah tak berbentuk (hambar, hampa, palsu)."
Hal yang mungkin ternilai sederhana seperti ketika kita bosan dan berucap sesuatu pada menu makanan yang tiap harinya itu-itu saja, bagi kita.
(Dan) nyatanya hal semacam menganggap dunia kejam ini dipandu oleh yang namanya kecewa, gagal, dan pesimis akan kehidupan. Memang kadang dunia cukup pantas juga disematkan sebagai tokoh yang kejam. Meski nyatanya ia adalah tempat kita bernaung, berteduh, serta ruang luás bagi kita untuk memaknai kehidupan.
Di semesta, pelaku rasa sakit itu cukup banyak menurut kita, yang kadang membuat kita mengesampingkan sisi lain. Padahal orang-orang baik jumlahnya juga tak kalah banyak, hanya saja tersembunyi.
Yang sering bilang nggak apa-apa, justru yang paling dalam kesakitannya.
Yang gemar bilang cukup, nyatanya dia hanya berusaha tak ingin membebani saja.
Yang terkelam, justru dapat menjadi yang terdalam.
Nggak semua orang mampu memahami situsai, nggak semua orang paham bagaimana kita belajar terbiasa.
B05637 | 153.2 JEM k | My Library (Self improvement) | Tersedia - English |
Tidak tersedia versi lain