Text
Candala
Hari berganti, waktu menunjukkan pukul 00.00 WIB. Banyak orang yang mungkin sedang terlelap setelah lelahnya hari yang mereka jalani, namun juga ada yang sedang terjaga demi satu tujuan. Salah satunya adalah seorang gadis dengan rambut sebahu, dan juga sebuah rambut palsu berwarna abu-abu yang ia kaitkan untuk menutupi suatu hal di sana. Gadis itu bernama Randika Putri Aditya, tokoh utama dari cerita yang ia jalani.
Ran sedang duduk di kursi belajarnya, di depannya ada sebuah kue kecil yang ia beli di warung, beserta lilin kecil yang menancap di atasnya. Itu terlihat seperti kue ulang tahun, tentu saja karena hari ini adalah hari ulang tahunnya yang keempat belas. Ran tersenyum bahagia kala tanggal dan hari di ponselnya berganti. Ia pun mulai memejamkan matanya dan juga mengepalkan kedua tangannya. Di hadapan kue kecil itu ia bergumam, “Semoga harapan Ran tahun lalu terwujud tahun ini. Harapan Ran tahun lalu, Ran mau duduk berdua sama Ayah sambil menatap mata Ayah, dan bilang ke Ayah, kalau jadi anak terakhir itu nggak enak. Supaya, Ayah merhatiin Ran nantinya."
Harapan sederhana itu terus sama dari tahun ke tahun, karena harapan itu tidak pernah terwujud. Dan, Ran tidak pernah putus asa untuk menunggu hari di mana harapannya itu terwujud.
Ran pun membuka matanya kembali, lalu meniup lilin yang sebentar lagi akan habis meleleh. Ran tersenyum canggung karena kue kecil yang ia beli sepertinya sudah tidak dapat dimakan, akibat lelehan lilin yang sudah memenuhinya. Tapi, Ran tidak memperdulikan hal itu. Yang Ran tunggu-tunggu di hari ulang tahunnya hanya untuk kembali mengucapkan harapannya agar terwujud.
Ia kembali tersenyum, namun senyum itu berbeda dari yang sebelumnya, senyum itu dipenuhi dengan rasa sakit dan kepalsuan. Senyum itu berusaha untuk menutupi kesedihannya, namun tidak dengan mata yang dengan lancang meneteskan bulir air mata. Ran menangis, kembali menangis seperti malam-malam sebelumnya.
"Walaupun jadi anak terakhir itu enggak enak. Tapi, Ran selalu bangga jadi anaknya Ayah,” monolognya, mengungkapkan isi hati yang sangat tulus, dengan iringan air mata yang terus membasahi pipinya yang memerah, karena bekas tamparan yang keras.
Tentang Penulis
Hai, perkenalkan nama aku Kun, atau dikenal sebagai Panglimakun. Itu nama penaku, kalau nama asli, nggak usah tahu deh, ya? Cukup kenal aku sebagai Kun, Panglimakun, penulis amatir, yang karyanya baru saja kalian baca.
Oh, ya, sedikit informasi aku anak ketiga dari tiga bersaudara, hobi aku nulis, cita-cita aku tidur dua puluh lima jam per hari, selain itu juga hobi aku ngeluh, dan ngantuk, kalau nulis sepertinya cuman kedok. Aku lahir hari Rabu, tanggal ganjil, bulan ganjil, bahkan tahun ganjil.
B05575 | 813 PAN c | My Library (Fiksi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain