Text
Namaku Alam
Inilah yang kubayangkan detik-detik terakhir Bapak: 18 Mei 1970. Hari gelap. Langit berwarna hitam dengan garis ungu. Bulan bersembunyi di balik ranting pohon randu. Sekumpulan burung nasar bertengger di pagar kawat. Mereka mencium aroma manusia yang nyaris jadi mayat bercampur bau mesiu. Terdengar lolongan anjing berkepanjangan. Empat orang berbaris rapi, masing-masing berdiri dengan senapan yang diarahkan kepada Bapak. Hanya satu senapan berisi peluru mematikan. Selebihnya, peluru karet. Tak satu pun di antara keempat lelaki itu tahu siapa yang kelak menghentikan hidup Bapak. Pada usianya yang ke-33 tahun, Segara Alam menjenguk kembali masa kecilnya hingga dewasa. Semua peristiwa tertanam dengan kuat. Karena memiliki photographic memory, Alam ingat pertama kali dia ditodong senapan oleh seorang lelaki dewasa ketika masih berusia tiga tahun; pertama kali sepupunya mencercanya sebagai anak ‘pengkhianat negara’; pertama kali Alam berkelahi dengan seorang anak pengusaha besar yang menguasai sekolah; dan pertama kali dia jatuh cinta. Profil Penulis: LEILA S. CHUDORI adalah purnakarya jurnalis Tempo dan penulis Indonesia yang menghasilkan berbagai karya cerita pendek, novel, dan skenario drama televisi. Buku Bukunya yang telah diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia adalah Malam Terakhir, Pulang, Nadira, Laut Bercerita dalam versi softcover dan hardcover, serta yang akan terbit Namaku Alam. Novel berjudul Pulang menceritakan empat wartawan Indonesia yang tak bisa kembali ke tanah air setelah peristiwa tragedi 1965. Ini merupakan seri pertama dari semestanya yang kemudian dilanjutkan dengan Namaku Alam yang terbit tahun ini. Pulang memenangkan Khatulistiwa Award untuk Prosa Terbaik 2013 dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “Home” (terjemahan John H.McGlynn, diterbitkan oleh Yayasan Lontar dan oleh Deep Vellum, AS). Tahun 2015 World Literature memasukkan “Home” sebagai satu dari 75 Novel Terjemahan yang Diperhatikan (75 Notable Translations of 2015). Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jerman dan Italia. Lima tahun kemudian, Leila meluncurkan novel berjudul Laut Bercerita yang berkisah tentang para aktivis yang diculik tahun 1998 dan belum kembali hingga kini. Peluncuran novel ini disertai penayangan film pendek “Laut Bercerita” yang disutradarai Pritagita Arianegara, produksi Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Cineria Films. Pada 2020, Laut Bercerita diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John H.McGlynn menjadi “The Sea Speaks His Name” dan diterbitkan oleh Penguin Random House South-east Asian (S.E.A). Novel Laut Bercerita memperoleh Penghargaaan S.E.A. Writers Award 2020 dan IKAPI Award sebagai Book of the Year tahun 2022.
B05561 | 813 Lei N | My Library (Fiksi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain