Text
Anwar Nasution: Bukan Ekonomi Biasa
SEBELUM Bank Indonesia memiliki independensi mulai tahun 1999, Anwar Nasution pernah menuding BI sebagai “sarang penyamun”. Sinyalemen yang populer sekaligus kontroversial itu disampaikan Anwar saat dikenal sebagai pengamat ekonomi dan dosen tahun 1996. Waktu itu, krisis ekonomi dan keuangan mulai membayangi Indonesia. BI sebagai bank sentral yang harusnya menjaga stabilitas moneter, nilai tukar rupiah, dan pengawasan bank dinilai gagal menjalankan tugasnya. Apalagi penyaluran kredit di BI tak hanya tanpa kehatihatian, tetapi juga sarat dengan kepentingan politik sehingga menyebabkan kredit macet dan kerugian negara.
Lalu, apa maksud Anwar melontarkan pernyataan BI sebagai “sarang penyamun” itu? Siapakah yang dimaksudkan Anwar “penyamun” di “sarang” itu? Dari mana istilah tersebut digunakan Anwar? Apakah setelah menjadi Deputi Gubernur Senior BI, juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, Anwar menemukan “penyamun” di “sarang”-nya? Siapakah yang waktu itu meradang karena tudingan itu? Mengapa Anwar malah ditawari jadi Deputi Gubernur Senior BI oleh Gubernur BI?
Buku yang ditulis Suhartono, wartawan Kompas, tentu tak hanya berkisah tentang “sarang penyamun” di BI, pemerintahan, dan daerah, tapi juga menceritakan perjalanan Anwar sejak kecil di Sipirok, menjadi preman saat remaja di Medan, hingga kuliah dan menjadi demonstran di Jakarta. Buku ini juga memaparkan bagaimana Anwar mulai menulis di harian Kompas, menjadi pengamat, peneliti, dosen, dekan, Guru Besar, dan profesor emeritus di FEB UI, hingga sekarang.
S01004 | 339.5 SUH a | (Ilmu-ilmu Sosial) | Tersedia |
S01005 | 339.5 SUH a | (Ilmu-ilmu Sosial) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain