Ebook
Pemilu 2004 Dan Konsolidasi Demokrasi
Perkembangan politik tahun-tahun terakhir dengan mudah diargumentasikan bahwa
demokratisasi tidak linear. Prakondisi ke arah konsolidasi demokrasi tidak mewujud, seperti pelembagaan politik, pelembagaan konflik, ketaatan terhadap hukum. berkembangnya kepemimpinan lokal dan menguatnya civil society. Hiruk-pikuk perubahan politik yang seolah-olah mengarah ke demokrasi memang berlangsung sedemikian rupa namun berjalan di tempat sehingga tidak menjangkau target-target demokratisasi atau semacam involusi politik di era reformasi.
Tumpukan persoalan lama dan baru di Indonesia selama ini memenuhi indikator demokrasi beku (frozen democracy), Andrianof A. Chaniago menyebutnya dengan demokrasi minimalis atau demokrasi formal. Indonesia terperangkap dalam kemandegan kebekuan atau bahkan melangkah mundur.
Dalam situasi semacam itu, Pemilu 2004 digelar. Pemilu dipercaya sebagai mekanisme demokrasi yang bertujuan menyegarkan kembali komitmen dan moralitas serta mengganti kepemimpinan secara demokratis. Tapi, dalam suasana seperti di atas, apakah pemilu bisa mereproduksi harapan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik? Apakah pemilu mendorong percepatan pencapaian konsolidasi demokrasi, atau justru sebaliknya? Apakah kontrak sosial" baru akan merubah wajah perpolitikan dan perilaku elite selama ini? Apakah Indonesia akan mencapai fase demokrasi yang terkonsolidasi atau justru sebaliknya terjebak pola siklus?
Buku ini merupakan upaya membedah problematika seputar Pemilu 2004. Buku ini diharapkan menggugah kesadaran elite politik dan rakyat untuk menyelamatkan masa depan demokrasi, tidak tergopoh-gopoh dan tidak kalap menghadapi perubahan . Selain itu dapat menjadi monumen tentang carut-marut dan tumpang tindih kehidupan politik era reformasi. Buku ini bermanfaat untuk praktisi Gook pengamat politik mahasiswa. LSM dan siapa saja yang peduli dengan demokrasi di indonesia.
EB00345 | 324.6 JOK p | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain